David Beckham dikritik habis-habisan atas tindakan yang berbuntut kartu merah di Piala Dunia 1998. Sesudah 21 tahun berlalu, Michael Owen jengkel bukan main pada Beckham.
Owen akan selekasnya meluncurkan autobiografinya yang berjudul ‘Reboot – My Life, My Time’. Dalam bukunya itu, Owen diantaranya menceritakan mengenai momen besar yang berlangsung di Piala Dunia 1998.
Saat itu Inggris bertemu dengan Argentina di set 16 besar. Pertandingan bertekanan tinggi itu selanjutnya diwarnai drama yang akan dikenang jadi satu diantara peristiwa bersejarah dalam perjalanan Piala Dunia.
Pada laga itu, Beckham diusir wasit Kim Nielsen sebab menendang Diego Simeone. Beckham lakukan itu waktu ia sedang terjerembab di atas lapangan.
Lepas dari tuduhan jika Simeone berlaga terlalu berlebih atas sepakan perlahan itu, tetap Beckham yang menjadi pesakitan. Ia dipandang bersalah, lebih Inggris selanjutnya kalah serta tersisih.
Walau sangat terpaksa bermain dengan 10 orang, Inggris sukses memaksakan laga bersambung sampai beradu penalti, dan kalah 3-4. Kekalahan itu rupanya masih membekas dalam diri Owen sampai sekarang.
Waktu itu, Owen dipandang seperti rising star di Inggris. Di usianya yang masih gampang ia tampil bagus bersama dengan Liverpool di Liga Inggris. Dalam pertandingan dengan Argentina cetak satu gol dengan tindakan individunya serta turut memberi gol di set beradu penalti.
“Awalnya saya harus katakan jika jalinan personal di antara saya serta David baik-baik saja. Dia adalah pemain berbakat. Tetapi sesudah Piala Dunia di Perancis (1998), ada yang memiliki pendapat jika jalan kami berlainan. Saat itu saya jadi kecintaan publik sepakbola Inggris, sedang dia jadi antagonis,” tutur Owen, seperti diambil Mirror.
Diteruskan Owen, kalau Beckham tidak diusir, keadaannya mungkin berlainan. Ditambah lagi Inggris dapat meredam Argentina selama set ke-2 sampai set waktu perpanjangan. Bila masih ada Beckham, mungkin ia bisa menjadi satu diantara penendang penalti.
“Apa kita dapat menaklukkan Argentina kalau bermain dengan 11 orang? Kita tidak tahu, tetapi kita bermain baik dengan 10 orang saat itu. Apa perjalanan kita bersambung dengan menaklukkan Belanda, lalu Brazil, dan sebagainya? Kita tidak akan sudah pernah tahu. Saya cuma dapat katakan jika, waktu saya menulis buku ini, waktu mengerti begitu beruntungnya seseorang pemain untuk dapat bertanding di Piala Dunia, bohong jika saya menyebutkan apa yang dikerjakan David waktu itu tidak membuat semua team sedih,” jelas Owen.
“Apa Beckham patut memperoleh perlakuan serta ejekan yang hadir kepadanya kemudian? Pasti tidak. Manusia mana yang ingin lihat fotonya dibakar? Tetapi David membuat kami sedih, serta saya masih memendam kemarahan mengenai hal itu sampai ini hari,” ujarnya.